Ruri, gadis yang cantik. Dia sahabatku sedari dulu, kami bersahabat sejak bayi. Selang 2 hari ibuku melahirkanku ibu Ruri pun melahirkannya. Namun sayangnya Allah berkehendak lain kepadanya dia memiliki sepasang mata yang indah namun sayangnya ia terlahir sebagai anak yang berbeda, ya dia buta. Namun kedua orang tuanya sangat mencintainya melebihi apapun begitu juga aku. Baginya aku adalah sepasang mata untuknya, sebab apa yang ku lihat akan kuceritakan kepadanya. Walaupun Ruri buta namun ia pendengar setiaku, motivasiku, dan guruku. Aku tak rela bila ada seseorang yang menyakiti hatinya, karna hatiku hancur melihatnya menangis.
Kini kami duduk bersama di bangku SMP kelas 2. Sekolahku termasuk sekolah yang dibilang elite karna fasilitasnya yang menunjang bahkan untuk mereka yang memiliki keterbatasan. Semua teman memandang aneh terhadap kami, namun aku tak perduli. Mereka tak bisa menghakimi kami hanya karna keterbatasan. Pernah seorang temanku yang sangat badung mengejeknya dan menertawakannya dan mencemoohnya namun aku langsung menghadapinya dan marah kepadanya.
"Kau tak pantas mengejeknya, dia sahabatku. Apa jadinya bila yang buta adalah kamu? apa kamu ingin diejek seperti itu"
"Halah so jagoan kamu, membela si buta. Dia saja tidak sewot kenapa kamu marah, hahah buta teman mu itu sok jagoan"
Apa yang terjadi satu kepalanku melayang kewajahnya kemudian aku berlari menarik Ruri. Padahal Ruri selalu mengingatkanku untuk tak ambil pusing dengan semua cemohan teman-teman. Alangkah baiknya sahabatku yang cantik jelita. Wajanya kecil, matanya sipit, hidungnya kecil dan berkulit kuning langsat. Kau begitu sempurna Ruri hatimu bagaikan bidadari. Terkadang aku iri dengan kecantikan rupamu dan hatimu.
Hari itu badanku terasa lemas sekali hari ini, tampaknya aku terlalu kelahan karna membantu ibu mendekor rumah. Dadaku terasa sesak sekali, setelahnya aku tak mengingat apa-apa. Aku terbangun dari tidurku, ibu dan Ruri berada dikamarku, sedang apa mereka? mengapa wajah mereka terlihat sangat cemas? Ruri memegang wajahku bertanya tentang keadaanku. aku bilang aku baik-baik saja hanya saja badanku terasa sangat lemas.Ibu memberi segelas air putih untuk ku minum. Tak lama kemudian datang dokter untuk memeriksaku. Pak dokter mengecek suhu tubuhku, detak jantungku dan kedua mataku. lalu pak dokter mengajak ibu berbicara keluar kamar. Ruri menghiburku dengan cerita-cerita lucu yang dibuatnya. dia memang selalu mengarang cerita. pengarang cerita yang handal. tak lama ibu masuk dengan mata yang berkaca-kaca. Aku tak ingin bertanya mengapa aku tak ingin melihatnya menangis. Beberapa hari berlalu keadaanku tak kunjung memulih, dadaku semakin terasa sesak. Aku mulai payah dan sering kali pingsan. Aku rasa aku akan mati. Ruri setiap hari menemaniku, bercerita membuatku tersenyum. ah ruri bila saja aku meninggal siapa yang akan menemanimu nanti, menjagamu, dan belajar bersama lagi? siapa yang akan menjadi sepasang mata untukmu? malam itu aku benar-benar merasa kalah dengan penyakit ini. apa sebenarnya penyakitku? mengapa tak ada yang memberitahuku. Ibu datang membawakan obat untuk ku minum. kemudian aku berkata kepadanya "bu, aku lelah. aku ingin tidur, bila nanti aku pergi aku titip kedua mataku untuk Ruri. aku ingin dia bisa melihat" ibu mulai meneteskan air mata dan tak berkata apa-apa dia hanya memelukku. aku melihat sesosok orang dengan jubah hitam dansangat besar datang masuk kekamarku.
Aku Ruri, sekarang aku bukan lagi si buta. sahabatku Lita yang sangat kucintai telah mendonorkan matanya kepadaku. Aku tak menyangka ia akan pergi secepat ini. kata ibu lita mengidap penyakit Lupus. penyakit yang tak ada obatnya. aku sangat bersedih ketika mengetahuinya, dan aku selalu berusaha menghiburnya. Dia adalah gadis yang cantik dan pintar, juga pemberani. dia tak akan membiarkan aku diolok-olok oleh siapa pun juga. aku sangat terpukul atas kepergiannya, kehilangan sahabat sejatiku rasanya duniaku hancur. Namun sebelum ia pergi sempat meminta sesuatu kepadaku agar aku bisa melanjutkan mimpiku menjadi penulis. dan sekarang aku menjadi penulis, menuliskan kisah hidupnya. Degan sepasang matanya aku bisa mewujudkan mimpiku dan mimpinya. aku selalu merasa dia disisiku. hingga hari ini lita selalu mengunjungi mimpiku lewat mimpi. dia tersenyum memelukku kemudian pergi.
10 januari aku mengunjungi makamnya, menaburkan bunga diatasnya. ini 3tahun setelah kematiannya. aku harap kau telah bahagia lita disana. Tak ada lagi yang sepertimu lita. kini aku mendapatkan banyak teman tak ada yang memangilku si buta lagi. Dan taukah kamu kini aku telah memiliki kekasih dia sangat baik namanya sonny. jadi kau tak perlu khawatir disana dia yang menjagaku sekarang. lita aku pamit, nanti aku ajak sonny untuk berkunjung dan aku kenalkan kepadamu. aku merindukanmu lita .
Kini kami duduk bersama di bangku SMP kelas 2. Sekolahku termasuk sekolah yang dibilang elite karna fasilitasnya yang menunjang bahkan untuk mereka yang memiliki keterbatasan. Semua teman memandang aneh terhadap kami, namun aku tak perduli. Mereka tak bisa menghakimi kami hanya karna keterbatasan. Pernah seorang temanku yang sangat badung mengejeknya dan menertawakannya dan mencemoohnya namun aku langsung menghadapinya dan marah kepadanya.
"Kau tak pantas mengejeknya, dia sahabatku. Apa jadinya bila yang buta adalah kamu? apa kamu ingin diejek seperti itu"
"Halah so jagoan kamu, membela si buta. Dia saja tidak sewot kenapa kamu marah, hahah buta teman mu itu sok jagoan"
Apa yang terjadi satu kepalanku melayang kewajahnya kemudian aku berlari menarik Ruri. Padahal Ruri selalu mengingatkanku untuk tak ambil pusing dengan semua cemohan teman-teman. Alangkah baiknya sahabatku yang cantik jelita. Wajanya kecil, matanya sipit, hidungnya kecil dan berkulit kuning langsat. Kau begitu sempurna Ruri hatimu bagaikan bidadari. Terkadang aku iri dengan kecantikan rupamu dan hatimu.
Hari itu badanku terasa lemas sekali hari ini, tampaknya aku terlalu kelahan karna membantu ibu mendekor rumah. Dadaku terasa sesak sekali, setelahnya aku tak mengingat apa-apa. Aku terbangun dari tidurku, ibu dan Ruri berada dikamarku, sedang apa mereka? mengapa wajah mereka terlihat sangat cemas? Ruri memegang wajahku bertanya tentang keadaanku. aku bilang aku baik-baik saja hanya saja badanku terasa sangat lemas.Ibu memberi segelas air putih untuk ku minum. Tak lama kemudian datang dokter untuk memeriksaku. Pak dokter mengecek suhu tubuhku, detak jantungku dan kedua mataku. lalu pak dokter mengajak ibu berbicara keluar kamar. Ruri menghiburku dengan cerita-cerita lucu yang dibuatnya. dia memang selalu mengarang cerita. pengarang cerita yang handal. tak lama ibu masuk dengan mata yang berkaca-kaca. Aku tak ingin bertanya mengapa aku tak ingin melihatnya menangis. Beberapa hari berlalu keadaanku tak kunjung memulih, dadaku semakin terasa sesak. Aku mulai payah dan sering kali pingsan. Aku rasa aku akan mati. Ruri setiap hari menemaniku, bercerita membuatku tersenyum. ah ruri bila saja aku meninggal siapa yang akan menemanimu nanti, menjagamu, dan belajar bersama lagi? siapa yang akan menjadi sepasang mata untukmu? malam itu aku benar-benar merasa kalah dengan penyakit ini. apa sebenarnya penyakitku? mengapa tak ada yang memberitahuku. Ibu datang membawakan obat untuk ku minum. kemudian aku berkata kepadanya "bu, aku lelah. aku ingin tidur, bila nanti aku pergi aku titip kedua mataku untuk Ruri. aku ingin dia bisa melihat" ibu mulai meneteskan air mata dan tak berkata apa-apa dia hanya memelukku. aku melihat sesosok orang dengan jubah hitam dansangat besar datang masuk kekamarku.
****
Aku Ruri, sekarang aku bukan lagi si buta. sahabatku Lita yang sangat kucintai telah mendonorkan matanya kepadaku. Aku tak menyangka ia akan pergi secepat ini. kata ibu lita mengidap penyakit Lupus. penyakit yang tak ada obatnya. aku sangat bersedih ketika mengetahuinya, dan aku selalu berusaha menghiburnya. Dia adalah gadis yang cantik dan pintar, juga pemberani. dia tak akan membiarkan aku diolok-olok oleh siapa pun juga. aku sangat terpukul atas kepergiannya, kehilangan sahabat sejatiku rasanya duniaku hancur. Namun sebelum ia pergi sempat meminta sesuatu kepadaku agar aku bisa melanjutkan mimpiku menjadi penulis. dan sekarang aku menjadi penulis, menuliskan kisah hidupnya. Degan sepasang matanya aku bisa mewujudkan mimpiku dan mimpinya. aku selalu merasa dia disisiku. hingga hari ini lita selalu mengunjungi mimpiku lewat mimpi. dia tersenyum memelukku kemudian pergi.
10 januari aku mengunjungi makamnya, menaburkan bunga diatasnya. ini 3tahun setelah kematiannya. aku harap kau telah bahagia lita disana. Tak ada lagi yang sepertimu lita. kini aku mendapatkan banyak teman tak ada yang memangilku si buta lagi. Dan taukah kamu kini aku telah memiliki kekasih dia sangat baik namanya sonny. jadi kau tak perlu khawatir disana dia yang menjagaku sekarang. lita aku pamit, nanti aku ajak sonny untuk berkunjung dan aku kenalkan kepadamu. aku merindukanmu lita .
0 comments:
Posting Komentar
silahkan komentar disini ...